9 Amalan Dengan Jaminan Rumah di Surga
Desember 10, 2023 Adi NugrohoBeribadah dan beramal merupakan rutinitas setiap muslim sehari
hari, dan semua aktifitas kita beharusnya kita iklaskan karena Allah SWT.
Tetapi ada amalan amalan dimana pelakunya akan mendapatkan jaminan rumah di
surga yang tentu berbeda dengan rumah kita di dunia.
Berikut amalan amalan dengan jaminan Rumah disurga:
Pertama: Membangun masjid dengan ikhlas karena Allah
Dari Jabir bin
‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى
اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ
“Siapa yang membangun masjid karena
Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka
Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.”
(HR.
Ibnu Majah, no. 738.)
Hadits tentang keutamaan membangun
masjid juga disebutkan dari hadits ‘Utsman bin ‘Affan. Di masa Utsman yaitu
tahun 30 Hijriyah hingga khilafah beliau berakhir karena terbunuhnya beliau,
dibangunlah masjid Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Utsman katakan
pada mereka yang membangun sebagai bentuk pengingkaran bahwa mereka terlalu
bermegah-megahan. Lalu Utsman membawakan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِى الْجَنَّةِ
مِثْلَهُ
“Siapa yang membangun masjid karena
Allah, maka Allah akan membangun baginya semisal itu di surga.”
(HR.
Bukhari, no. 450; Muslim, no. 533).
Kedua: Membaca surat Al-Ikhlas sepuluh kali
Dari Mu’adz bin Anas
Al-Juhaniy radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) حَتَّى يَخْتِمَهَا عَشْرَ
مَرَّاتٍ بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْراً فِى الْجَنَّةِ
“Siapa yang membaca qul huwallahu
ahad sampai ia merampungkannya (surat Al-Ikhlas, pen.) sebanyak sepuluh kali,
maka akan dibangunkan baginya rumah di surga.”
(HR. Ahmad, 3: 437)
Ketiga: Mengerjakan shalat dhuha empat raka’at dan shalat sebelum Zhuhur empat raka’at
Dari Abu Musa radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الضُّحَى أَرْبَعًا، وَقَبْلَ الأُولَى أَرْبَعًا بنيَ
لَهُ بِهَا بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Siapa yang shalat Dhuha empat
raka’at dan shalat sebelum Zhuhur empat raka’at, maka dibangunkan baginya rumah
di surga.”
(HR.
Ath-Thabrani dalam Al-Awsath)
Keempat: Mengerjakan 12 raka’at shalat rawatib dalam sehari
Dari Ummu Habibah –istri
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ
بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa mengerjakan shalat
sunnah dalam sehari-semalam sebanyak 12 raka’at, maka karena sebab amalan
tersebut, ia akan dibangun sebuah rumah di surga.”
(HR.
Muslim, no. 728)
Dari ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنَ السُّنَّةِ بَنَى
اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ
وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ
بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ
“Barangsiapa merutinkan shalat
sunnah dua belas raka’at dalam sehari, maka Allah akan membangunkan bagi dia
sebuah rumah di surga. Dua belas raka’at tersebut adalah empat raka’at
sebelum zhuhur, dua raka’at sesudah zhuhur, dua raka’at sesudah maghrib,
dua raka’at sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum shubuh.”
(HR. Tirmidzi, no. 414; Ibnu Majah, no. 1140;
An-Nasa’i, no. 1795)
Kelima:
Meninggalkan perdebatan,
Berakhlak mulia
Dari Abu Umamah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ
وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ
وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
“Aku memberikan jaminan rumah di
pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang
benar. Aku memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang
meninggalkan kedustaan walaupun dalam bentuk candaan. Aku memberikan jaminan
rumah di surga yang tinggi bagi orang yang bagus akhlaknya.”
(HR.
Abu Daud, no. 4800)
Keenam: Mengucapkan alhamdulillah dan istirja’ ketika anak kita wafat
Dari Abu Musa
Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلاَئِكَتِهِ قَبَضْتُمْ
وَلَدَ عَبْدِى. فَيَقُولُونَ نَعَمْ. فَيَقُولُ قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ.
فَيَقُولُونَ نَعَمْ. فَيَقُولُ مَاذَا قَالَ عَبْدِى فَيَقُولُونَ حَمِدَكَ
وَاسْتَرْجَعَ. فَيَقُولُ اللَّهُ ابْنُوا لِعَبْدِى بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ
وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ
“Apabila anak seorang hamba
meninggal dunia, Allah berfirman kepada malaikat-Nya, “Kalian telah mencabut
nyawa anak hamba-Ku?” Mereka berkata, “Benar.” Allah berfirman, “Kalian telah
mencabut nyawa buah hatinya?” Mereka menjawab, “Benar.” Allah berfirman, “Apa
yang diucapkan oleh hamba-Ku saat itu?” Mereka berkata, “Ia memujimu dan
mengucapkan istirja’ (innaa lilaahi wa innaa ilaihi raaji’uun).” Allah
berfirman, “Bangunkan untuk hamba-Ku di surga, dan namai ia dengan nama baitul
hamdi (rumah pujian).”
(HR. Tirmidzi, no. 1021; Ahmad, 4: 415).
Ketujuh: Membaca doa masuk pasar
Dari Salim bin ‘Abdillah bin ‘Umar,
dari bapaknya Ibnu ‘Umar, dari kakeknya (‘Umar bin Al-Khattab), ia berkata
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَخَلَ السُّوقَ فَقَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيكُ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ حَىٌّ لاَ
يَمُوتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ كَتَبَ اللَّهُ
لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ وَرَفَعَ
لَهُ أَلْفَ أَلْفِ دَرَجَةٍ
“Siapa yang masuk pasar lalu
mengucapkan, “Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku
walahul hamdu yuhyii wayumiit wa huwa hayyun laa yamuut biyadihil khoir wahuwa
‘alaa kulli syain qodiir (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain
Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah yang memiliki kekuasaan dan segala
pujian untuk-Nya.” Allah akan menuliskan untuknya sejuta kebaikan, menghapus
darinya sejuta kejelekan, mengangkat untuknya sejuta derajat, dan membangunkan
untuknya sebuah rumah di surga.”
(HR. Tirmidzi, no. 3428. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if).
Dalam riwayat lain disebutkan, dari
Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ دَخَلَ
السُّوْقَ فَبَاعَ فِيْهَا وَاشْتَرَى ، فَقَالَ : لاَ إِلَه َإِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ الملْكُ ، وَلَهُ الحَمْدُ ، يُحْيِي
وَيُمِيْتُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر ، كَتَبَ اللهُ لَهُ أَلْفَ
أَلْفِ حَسَنَةٍ ، وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ ، وَبَنَى لَهُ بَيْتًا
فِي الجَنَّةِ
“Siapa yang memasuki pasar lalu ia
melakukan jual beli di dalamnya, lantas mengucapkan: Laa ilaha illallah wahdahu
laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu, yuhyi wa yumiit wa huwa ‘ala kulli
syai’in qadir; maka Allah akan mencatat baginya sejuta kebaikan, akan menghapus
darinya sejuta kejelekan dan akan membangunkan baginya rumah di surga.”
(HR. Al-Hakim dalam Mustadrak, 1: 722)
Meskipun
riwayatnya dha’if atau lemah namun karena kita diperintahkan
berdzikir ketika orang itu lalai seperti kala di pasar, maka dzikir di atas
masih boleh diamalkan. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah berkata,
“إذا تضمنت أحاديث الفضائل الضعيفة تقديراً
وتحديداً ؛ مثل صلاة في وقت معين ، بقراءة معينة ، أو على صفة معينة ؛ لم يجز ذلك
– أي العمل بها – لأن استحباب هذا الوصف المعين لم يثبت بدليل شرعي ، بخلاف ما لو
روي فيه : (مَن دخل السوق فقال : لا إله إلا الله كان له كذا وكذا) فإن ذكر الله
في السوق مستحب ، لما فيه من ذكر الله بين الغافلين ، فأما تقدير الثواب المروي
فيه فلا يضر ثبوته ولا عدم ثبوته
“Jika suatu hadits yang
menerangkan fadhilah atau keutamaan suatu amalan dari sisi jumlah
atau pembatasan tertentu seperti shalat di waktu tertentu, membaca bacaan
tertentu, atau ada tata cara tertentu, tidak boleh diamalkan jika haditsnya
berasal dari hadits dha’if. Karena menetapkan tata cara yang khusus dalam
ibadah haruslah ditetapkan dengan dalil.
Adapun mengenai doa masuk pasar
yaitu haditsnya berbunyi, siapa yang masuk pasar lantas membaca laa ilaha
illallah dan seterusnya, maka perlu dipahami bahwa secara umum berdzikir
ketika masuk pasar itu disunnahkan. Karena kita diperintahkan berdzikir saat
orang-orang itu lalai. Besarnya pahala yang disebutkan dalam hadits tersebut (hingga
disebutkan sejuta, pen.) tidaklah menimbulkan problema ketika bacaan tersebut
diamalkan, baik nantinya hadits tersebut dihukumi shahih ataukah tidak. ”
(Majmu’ Al-Fatawa, 18: 67)
Dalil umum yang memerintahkan kita
banyak dzikir termasuk di pasar adalah hadits berikut.
Dari ‘Abdullah bin Busr, ia berkata,
جَاءَ أَعْرَابِيَّانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
فَقَالَ أَحَدُهُمَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ
طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ». وَقَالَ الآخَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ
شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَىَّ فَمُرْنِى بِأَمْرٍ أَتَشَبَّثُ
بِهِ. فَقَالَ لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْباً مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Ada dua orang Arab (badui)
mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas salah satu dari
mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, manusia bagaimanakah yang baik?” “Yang
panjang umurnya dan baik amalannya,” jawab beliau. Salah satunya lagi bertanya,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam amat banyak. Perintahkanlah
padaku suatu amalan yang bisa kubergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu
basah untuk berdzikir pada Allah,” jawab beliau.
(HR.
Ahmad 4: 188, sanad shahih kata Syaikh Syu’aib Al-Arnauth).
Hadits ini menunjukkan bahwa dzikir
itu dilakukan setiap saat, bukan hanya di masjid, sampai di sekitar orang-orang
yang lalai dari dzikir, kita pun diperintahkan untuk tetap berdzikir.
Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdullah bin
Mas’ud berkata, “Ketika hati seseorang terus berdzikir pada Allah maka ia
seperti berada dalam shalat. Jika ia berada di pasar lalu ia menggerakkan kedua
bibirnya untuk berdzikir, maka itu lebih baik.” (Lihat Jami’ Al-‘Ulum wa
Al-Hikam, 2: 524)
Kedelapan: Menutup celah dalam shaf shalat
Dari ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَدَّ فُرْجَةً بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الجَنَّةِ
وَرَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً
“Barang siapa yang menutupi suatu
celah (dalam shaf), niscaya Allah akan mengangkat derajatnya karena hal
tersebut dan akan dibangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.”
(HR. Al-Muhamili
dalam Al-Amali, 2: 36. Disebutkan dalam Ash-Shahihah, no. 1892)
Kesembilan: Beriman pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dari Fadhalah bin
‘Ubaid radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا زَعِيمٌ وَالزَّعِيمُ الْحَمِيلُ لِمَنْ آمَنَ بِي وَأَسْلَمَ
وَهَاجَرَ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ
وَأَنَا زَعِيمٌ لِمَنْ آمَنَ بِي وَأَسْلَمَ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي
أَعْلَى غُرَفِ الْجَنَّةِ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَلَمْ يَدَعْ لِلْخَيْرِ مَطْلَبًا
وَلَا مِنْ الشَّرِّ مَهْرَبًا يَمُوتُ حَيْثُ شَاءَ أَنْ يَمُوتَ
“Aku menjamin orang yang beriman
kepadaku, masuk islam dan berhijrah dengan sebuah rumah di pinggir surga, di
tengah surga, dan surga yang paling tingggi. Aku menjamin orang yang beriman
kepadaku, masuk islam dan berjihad dengan rumah di pinggir surga, di tengah
surga dan di surga yang paling tinggi. Barangsiapa yang melakukan itu, maka ia
tidak membiarkan satu pun kebaikan, dan ia lari dari setiap keburukan, ia pun
akan meninggal, di mana saja Allah kehendaki untuk meninggal.”
(HR.
An-Nasa’i, no. 3135)
Semoga kita dimudahkan mendapatkan
kavling rumah atau istana di surga. Hanya Allah yang memberi taufik dan
hidayah.