Amalan Setelah Romadhon
April 18, 2023 Adi NugrohoRamadhon Telah berlalu, akankah
amalan kita akan kembali seperti semula ataukan ada peningkatan? Target Takwa
yang kita kejar selama Romadhon berhasil kita capai ataukah usaha kita sia-sia.
Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah menasehati sahabat Abu hurairoh rodiyallahu anhu dengan tiga hal
yang bisa kita terapkan untuk menjaga ibadah yang kita rutinkan di bulan
Romadhon
أَوْصَانِى
خَلِيلِى – صلى الله عليه وسلم – بِثَلاَثٍ صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ
شَهْرٍ ، وَرَكْعَتَىِ الضُّحَى ، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ
“Kekasihku yaitu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan kepadaku tiga wasiat: berpuasa tiga
hari setiap bulannya, mengerjakan dua rakaat shalat Dhuha, mengerjakan witir
sebelum tidur.” .
(HR. Bukhari no. 1981)
1. Dua Rekaat Sholat Dhuha
Dalam Hadits Diatas Rosulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut dua rekaat, dan ini jumlah minim untuk
sholat Dhuha, dengan ketentuan setiap dua rekaat salam, dah suratnya tidak
harus Ad-Dhuha dan Asy-Syam, hanya saja dua surat ini disukai karena kesesuaian
makna dengan Sholat Dhuha.
2. Puasa Tiga hari setiap Bulan
Puasa disini lebih dikenal dengan
puasa ayamul bidh yaitu puasa sunah tiga hari setiap bulan tanggal 14,15,16
dalam kalender Hijriyah.
Tapi khusus bulan Syawal ini ada
puasa khusus yang hanya dikerjakan di bulan ini yaitu puasa enam hari di bulan
syawal
مَنْ صَامَ
رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan
kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun
penuh.”
(HR. Muslim)
dalam hal ini ada beberapa pembahasan, pertama bolehkah qodho romadhon
digabungkan dengan puasa sunah Syawal? Kedua kalo dipisah mana yang
didahulukan, qodho romadhon (Hutang puasa Romadhon) atau syawal?
mari kita bahas satu persatu
Bolehkah digabungkan Qodho Romadhon
dan Syawal?
Dari Abu Salamah, ia mendengar
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
كَانَ يَكُونُ
عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى
شَعْبَانَ
“Aku dahulu punya kewajiban puasa.
Aku tidaklah bisa membayar utang puasa tersebut kecuali pada bulan Sya’ban.”
(HR. Bukhari, no. 1950; Muslim, no.
1146)
Dari hadits diatas Aisyah
rodiyallahu anha mengkhususkan qodho romadhon dibulan Syakban, apakah beliau
tidak pernah puasa sunah yang dengan puasa sunah itu terbayar qodho Romadhon?
Kedua secara hukum, puasa qodho
hukumnya wajib, sedang Puasa Syawal adalah Sunah. Ibadah sunah tidak bisa
menganti ibadah wajib, seperti juga sholat sunah fajar tidak bisa menganti
sholat subuh.
Ketiga jika dihitung seara
matematika, puasa romadhon 30 hari ditambah 6 hari puasa Syawan jumlahnya 36,
setiap amlan dikali sepulum menjadi 360 hari setara dengan jumlah hari dalam
satu tahun. Tapi bagaimana jika romadhon kita puasa 25 hari (karena satu hal
kita membatalkan puasa) kemudian kita puasa 6 hari dibulan syawal sekaligus
qodho romadhon kita maka kita hanya puasa 31 hari dikali sepuluh hanya 310
hari, target satu tahun tidak akan tercapai.
Mana yang didahulukan, Qodho
Romadhon atau Syawal
Dari kisah Aisyah rodiyallahu anha
dapat disimpulkan Syawal lebih didahulukan karena puasa syawal hanya bisa
dilakukan di bulan syawal sedang qodho Romadhon bisa kita lakukan di bulan
bulan setelahnya.
3. Witir Sebelum Tidur
Dalam hadits diatas Rosulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyebut jumlah rekaat (berbeda dengan dua
hal sebelumnya), Beliau hanya menyebut waktunya yaitu sebelum tidur, sehingga
kita bisa melakukannya satu rekaat, tiga rekaat, lima dan seterusnya.
Bisakah kita lakukan setelah sholat
Isyak seperti saat kita melakukan sholat Tarawis dibulan Romadhon? Jawabanya
adalah BISA, sebagaimana yang dilakukan sahabat Muawiyah bin Abi Sufyan
Kholifah pertama bani Umawiyah yang tidak pernah melakukan witir kecuali satu
rekaat setelah isyak dan hal ini dibenarkan sahabat yang lain. Tapi yang dari
Rosulullah itu yang utama, dan lebih sempurna lagi jika witir dilakukan setelah
sholat Tahajud setelah bangun tidur
Semoga tulisan in menjadi
penyemangat kita dalam mengamalkan nasehar Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan menjadi rutinitas kita di bulan bulan berikutnya.
Dalam masalah fiqih pasti kita akan
menemukan banyak perbedaan pendapat, maka mari kita lebih terbuka terhadap
perbedaan, dan kita saring manakah yang mendasarkan pada dalil, dan manakah
yang hanya berdasar nafsu.